Friday, July 14, 2017

Earth, Brick and Stone. Bagian 1 : Pembukaan

Ini adalah cerita tentang perjalanan saya bekerja membantu pembangunan di Nepal menjalankan projek dari Engineers Without Borders, Juli 2017 lalu
Bagian 1: klik di sini
Bagian 2: klik di sini
Bagian 3: klik di sini
Bagian 4: klik di sini
Bagian 5: klik di sini

Puncak Everest (diambil dari Tripsavvy.com)

Gempa Bumi Gorkha dan Rehabilitasinya

Sekitar 2 tahun yang lalu, Nepal dilanda bencana gempa bumi. Gempa yang dikenal dengan Gorkha Earthquake ini menyebabkan longsor besar di pegunungan Himalaya, memakan hampir 9000 korban jiwa, melukai hampir 22000 orang dan membuat ratusan ribu orang kehilangan tempat tinggal. Banyak desa rata dengan tanah. Hingga kini orang-orang di sana masih kesusahan untuk membangun kembali rumah mereka Telah banyak pihak ikut serta dalam pemulihan dan rehabilitasi pasca gempa. Salah satunya adalah Build-up Nepal, sebuah organisasi non-profit yang memfasilitasi saya untuk bekerja di sana selama 1 bulan.

Banyak masalah yang harus dihadapi terkait rehabilitasi pasca gempa di Nepal. Salah satunya adalah tidak mudah untuk mengirimkan bahan bangunan dari satu daerah ke daerah lainnya. Banyak desa terletak di daerah terpencil yang sulit untuk dijangkau. Banyak desa yang jaraknya kurang dari 30 kilometer dari kota, namun untuk menuju sana perlu waktu paling tidak 2 jam dengan mobil, ditambah tempat tersebut terletak di daerah tinggi dengan jalanan yang sulit dilalui oleh mobil biasa atau dengan supir yang tidak berpengalaman. Tidak heran kalau memang diperlukan waktu lama untuk rehabilitasi dan membangun kembali area yang rusak di Nepal.


Build up Nepal dan Engineers Without Borders Swedia

Build-up Nepal (BuN) mencoba membantu meringankan masalah kesulitan akses di desa-desa terpencil dengan pendekatan yang lebih mudah dan lebih murah. Alih-alih mengirimkan bahan bangunan seperti batu bata yang sangat banyak dibutuhkan untuk membangun rumah, BuN memutuskan untuk membantu membuat CSEB. Apa itu CSEB?

CSEB adalah singkatan dari Compressed Stabilized Earth Brick, atau di bahasa Indonesia, bata tanah terkompresi dan terstabilisasi. CSEB adalah bata yang dibuat dari tanah (soil), pasir (sand) yang diikat oleh semen, ditekan dengan gaya yang tinggi, lalu dibiarkan agar menjadi stabil dan mengeras. Dengan CSEB, pengiriman bahan bangunan dari kota dapat diminimalisir karena pembuatan CSEB menggunakan tanah dan pasir lokal. Memang masih memerlukan semen, namun proporsinya tidak banyak. Untuk membuat 1 buah CSEB, dibutuhkan kurang dari 100 gram semen. Dengan begini, pengiriman barang ke daerah-daerah terpencil menjadi lebih mudah dan pembangunan kembali dapat berjalan dengan lancar.

BuN bekerja sama dengan banyak pihak dalam usahanya membangun kembali Nepal. Salah satunya adalah dengan Ingenjörer utan gränser (IUG), sebuah lembaga di Swedia yang merupakan cabang dari Engineers Without Borders. Apa itu Engineers Without Borders (EWB)? EWB adalah organisasi internasional yang mengirim engineer atau mahasiswa engineer dari negara-negara maju untuk melakukan volunteering ke negara-negara yang mengalami kesulitan di bidang teknologi. Sebagai kompensasi, para relawan mendapat transportasi dan akomodasi gratis, dan kesempatan menyelesaikan skripsi/thesisnya bagi para pelajar.

BuN dan IUG telah melakukan banyak proyek riset mengenai kekuatan struktural bangunan dan tentang bangunan tahan gempa. IUG telah memfasilitasi dan mengirim banyak pelajar ke Nepal untuk membantu riset BuN sambil menyelesaikan tugas akhir mereka. Kali ini, IUG mengirim saya (pada saat itu posisi saya masih sebagai pelajar, namun bukan untuk menyelesaikan tugas akhir) dan kolega saya, Johan, seorang engineer profesional ke Nepal untuk menyelesaikan sebuah projek berjudul "Earth Brick and Stone". Terdengar keren ya?

Projek ini bertujuan menyelesaikan beberapa masalah terkait pembangunan rumah di area terpencil. Apa masalah yang akan kami pecahkan? Berdasarkan pimpinan BuN, Björn, masalah utama adalah tidak memungkinkannya membuat CSEB di daerah tinggi. Di daerah dengan ketinggian lebih dari 3000 meter di atas permukaan laut, semen yang telah diberi air sangat sulit mengeras, sehingga batu bata tidak akan mengeras. Banyak juga masalah lainnya seperti: komunikasi antar pekerja dan pihak BuN, bagaimana memecahkan masalah pada mesin CSEB, dan beberapa masalah di workshop di kantor pusat BuN yang terletak di Kathmandu.

Ilustrasi mesin kompresi CSEB (gambar diambil dari Buildupnepal.com)

My Thought on This Project

Sejujurnya, proyek ini tidak terlalu nyambung dengan yang saya pelajari. Saya kan belajar material engineering. Mamang sih kalau dipaksakan, bahan bangunan seperti batu dan bata kan "material" juga. Saya tahu sedikit-banyak tentang bahan bangunan, mulai dari kekuatan sampai proses kimia di baliknya. Bekerja di Nepal selama 4 minggu adalah pengalaman yang sangat berharga. Saya mendapat kesempatan mengekspresikan rasa syukur telah dapat banyak privilege berupa akses ke berbagai fasilitas hidup dan ilmu pengetahuan (yang seringnya saya malas atau salah gunakan). Saya juga telah menjalani kehidupan yang baik dan cenderung manja selama 24 tahun terakhir. Saya ingin turun ke bawah sana, bekerja keras, dan berempati pada mereka, para korban gempa Gorkha.

Lalu, saya gak mau bohong kalau pekerjaan volunteering ini dilakukan tanpa ada ingin dapat keuntungan. Saya juga ingin CV saya jadi lebih bagus. Maklum, zaman sekarang milenial susah cari kerja. Tapi yang lebih penting dari itu adalah belajar. Belajar bagaimana bekerja benar-benar bekerja, berkoordinasi dengan orang di lapangan, dan berinteraksi dengan orang yang latar belakangnya berbeda jauh dengan saya.

No comments:

Post a Comment

Earth Brick and Stone: Workshop Frenzy